Lika Samiadi
“
Selama mengikuti film-film Harry Potter yang dibuat berdasarkan buku karya J.K. Rowling, hanya satu film yang menurut saya dibuat dengan bagus, yaitu Prisoner of Azkaban, yang disutradari oleh sutradara dari Meksiko, Alfonso Cuarón Orozco. Karya Alfonso sebelumnya sebagai sutradara antara lain Great Expectations dan Children of Men, dan sebagai produser adalah Pan’s Labyrinth.Berdasarkan pengalaman menonton film-film Harry Potter lainnya, kecuali Prisoner of Azkaban, saya tidak terlalu berharap banyak.”
Berdasarkan pengalaman menonton film-film Harry Potter lainnya, kecuali tentu saja Prisoner of Azkaban, saya tidak terlalu berharap banyak. Apalagi sutradara Deathly Hallows Part 1, film ketujuh Harry Potter, adalah masih David Yates, yang menyutradari dua film Harry Potter sebelumnya, Order of The Phoenix & Half-Blood Prince, dua film yang bagi saya pribadi masih kurang bagus ketimbang Prisoner of Azkaban. Hanya saja, membaca komentar Herman Saksono bahwa film Harry Potter yang ketujuh ini bagus, saya jadi penasaran ingin membuktikannya.
Deathly Hallows sendiri adalah bagian terakhir dari kisah Harry Potter, dan ketika dibuat versi filmnya, diputuskan untuk dibuat menjadi 2 film. Memang, jika mengikuti semua buku Harry Potter, makin ke belakang bukunya makin tebal. Ini saya rasakan sejak buku Harry Potter yang kelima, Order of The Phoenix, merupakan buku yang paling tebal dalam seri Harry Potter, versi Amerikanya setebal 870 halaman. Dan memang, saya merasakan dua film Harry Potter karya David Yates sebelumnya seperti menonton mosaik potongan-potongan adegan-adegan sihir dengan benang merah cerita secukupnya, bukan seperti menonton cerita yang penuh dan lengkap.
“
Kali ini sepertinya David Yates berhasil membuat Deathly Hallows Part 1 enak ditonton”
Dalam bagian pertama dari Deathly Hallows ini, persis seperti di bukunya, diceritakan urutan peristiwa yang terjadi sebelum konfrontasi final antara Harry Potter (Daniel Radcliffe) melawan Lord Voldemort (Ralph Fiennes). Diawali dengan Rufus Scrimgeour (Bill Nighy) mengumumkan bahwa Kementrian Sihir masih tetap kuat walaupun Lord Voldemort sudah muncul kembali bersama pasukan Death Eaters-nya, lalu Harry Potter, Ron Weasley (Rupert Grint), dan Hermione Granger (Emma Watson) bersiap untuk pergi mencari dan menghancurkan horcrux milik Voldemort.
Kemunculan tokoh-tokoh lama, walaupun cuma sebentar, tidak terasa dipaksakan dan mengalir seiring dengan berjalannya cerita. Ada Severus Snape (Alan Rickman) yang di film sebelumnya terlihat masih setia menjadi Death Eater; Bellatrix Lestrange (Helena Bonham Carter) yang nyaris berhasil menangkap Harry Potter; Draco Malfoy (Tom Felton) dan Lucius Malfoy (Jason Isaacs) yang membantu Bellatrix menangkap Harry Potter, dan masih banyak puluhan lainnya, yang jika saya tuliskan bisa memakan satu halaman sendiri. Dari sekian banyak tokoh, yang saya ingat tidak muncul adalah Minerva McGonagall (Maggie Smith), tapi memang perannya baru muncul di bagian kedua saat melindungi Hogwarts dari serangan kelompok Lord Voldemort.
Kesan yang saya dapatkan adalah kali ini sepertinya David Yates berhasil membuat Deathly Hallows Part 1 enak ditonton, tidak terasa ada adegan yang ‘melompat’ akibat cerita yang dikompresi dalam 1 buah film. Bagian-bagian yang penting dibuat dengan bagus, dan beberapa adegan yang mengandalkan visual dan bahasa tubuh tanpa perlu ditambahkan dialog, semakin menguatkan film ini. Satu hal yang perlu diperhatikan, ada adegan ketika Ron menghancurkan satu horcrux berbentuk pendan kalung dengan pedang Godric Gryffindor, muncul ‘potongan’ jiwa Lord Voldemort yang mengejek Ron dengan menampilkan bayangan Harry dan Hermione sedang berciuman tanpa mengenakan baju, jelas adegan ini tidak cocok ditonton oleh anak-anak.
Akhir kata, bagian pertama dari Deathly Hallows ini enak ditonton dan menghibur, dan sebagai seseorang yang sudah membaca bukunya, film ini tidak mengecewakan. Besar harapan saya bagian kedua yang baru akan diputar bulan Juli 2011 akan bisa sebagus bagian pertama ini, kalau tidak lebih bagus lagi.